3.Penurunan kualitas air
Karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan/bersama-sama air limbah, maka akan menyebabkan air menjadi keruh dan rasanya berubah.
4.Kerusakan permukaan tanah.
PENGOLAHAN LIMBAH PADAT
Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dibagi menjadi 2 cara, yaitu:
Limbah padat tanpa pengolahan:
Limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan bahaya, bisa langsung dibuang ke tempat tertentu seperti TPA.
Limbah padat dengan pengolahan:
Limbah padat yang mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya, harus diolah dahulu sebelum dibuang ke tempat tertentu.
FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM MENGOLAH LIMBAH PADAT
1.Jumlah limbah
a.sedikit: mudah ditangani sendiri
b.banyak: membutuhkan penanganan khusus (tempat dan sarana pembuangan) → 4 m3 limbah padat/hari.
2.Sifat fisik dan kimia limbah
a.Sifat fisik: mempengaruhi pilihan tempat pembuangan , sarana pengangkutan dan pilihan pengolahan.
b.Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari lingkungan dengan cara membentuk senyawa baru.
3.Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan
Karena lingkungan ada yang peka/tidak peka terhadap pencemaran pencemaran, maka perlu diperhatikan:
a.Tempat pembuangan akhir (TPA)
b.Unsur yang akan terkena
c.Tingkat pencemaran yang akan timbul
4.Tujuan akhir dari pengolahan
Ada 2 tujuan akhir, yaitu:
pengelolaan yang bersifat ekonomis: Meningkatkan efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk didaur ulang/dimanfaatkan lain.
pengelolaan yang bersifat non-ekonomis: Untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
4 cara efektif untuk mengurangi limbah padat
1.Pembuatan Kompos
Kompos merupakan pupuk buatan yang terbuat dari bahan alami dan setelah melalui penguraian oleh mikroorganisme tertentu memiliki komposisi unsur hara yang hampir sama dengan tanah humus.
Kompos sangat bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah sekaligus mengkondisikannya sebagai tanah yang kaya akan unsur hara sehingga menjadi habitat sempurna bagi pertumbuhan tanaman.
Kompos dapat dibuat dengan bantuan kultur mikroorganisme yang dijual di pasaran (seperti contohnya Effective Microorganism 4 — EM4, terdiri atas Streptomyces sp, Lactobacillus sp, Actinomyces sp, Rhodopseudomonas sp, Saccaharomyces cerevisae) dan cacing tanah jenis Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, Eisenia foetida, dan Lumbricus terrestis. Cacing-cacing tanah akan melanjutkan kerja mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik sehingga kompos terbentuk lebih cepat dan efektif.
2.Daur Ulang Sampah
Diperlukan kreativitas serta kerjasama dengan berbagai pihak untuk memasarkan hasil kreativitas tersebut agar pengolahan limbah padat ini semakin banyak yang menerapkannya. Tidak hanya mengurangi permasalahan limbah, pengolahan limbah padat ini mampu menciptakan lapangan kerja dan menambah penghasilan.
Contoh daur ulang limbah padat tingkat rumahan adalah mengolah bekas kemasan barang khas rumah tangga (sabun, detergen, pewangi), kulit telur, kulit bawang merah menjadi kerajinan tas, celemek, hiasan dinding, dan cenderamata. Kaleng dan botol diubah menjadi pot bunga atau wadah tanaman hidroponik.
Di tingkat home industry, pengolahan bekas alat elektronik dapat menciptakan lapangan kerja. Di beberapa kota bahkan terdapat bengkel khusus yang mengolah casing komputer bekas dan perangkat elektronik lain menjadi kerajinan mebel seperti meja, kursi, rak, dan lemari atau bengkel pengolah potongan pipa PVC menjadi kap lampu.
Di tingkat industri, bahan-bahan seperti kertas, kaca, logam, karet, dan plastik dapat didaur ulang menjadi produk yang sama. Dewasa ini, marak pemakaian kertas daur ulang untuk berbagai tujuan. Mahalnya bijih plastik menyebabkan pengolahan kembali botol plastic jenis PET (Polyetilen Terftalat) semakin menjadi kebutuhan industri berskala besar.
3.Pembuatan Biogas
Kotoran hewan adalah salah satu bentuk limbah padat peternakan yang perlu diolah agar tidak menjadi limbah yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Pembuatan biogas dari kotoran sapi merupakan proses dekomposisi limbah dengan bantuan mikroorganisme tertentu yang harus dilakukan dalam suasana anaerobic (tertutup dan terhindar dari udara bebas).
Dasar pembuatan biogas adalah terjadinya proses fermentasi yang harus berlangsung pada suhu 30 — 55 Celcius agar terbentuk gas sebagai hasil produksi yang sebagian besar berupa gas mudah terbakar seperti metana dan karbon dioksida yang disebut sebagai biogas.
4.Pembakaran dengan Insinerasi
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) berskala besar biasanya dilengkapi mesin incinerator yang mampu membakar sampah dalam jumlah banyak. Kelebihan incinerator adalah dapat menyerap limbah padat hampir semua jenis (kertas, kayu, karet, dan plastik) dalam volume cukup besar dan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber listrik atau dapat digunakan sebagai heater/pemanas.
Sayangnya, sampah padat berupa kaca, sisa makanan, baterai bekas, dan sampah elektronik, tidak dapat diolah dalam incinerator. Kelemahan lainnya biaya pengoperasian tergolong mahal sebab mesin incinerator biasanya dijual dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Selain itu, proses pembakaran menghasilkan asap dan senyawa lain yang mungkin berbahaya bagi kesehatan.