Singkong telah menjadi komoditi utama di Indonesia yang tengah marak dikembangkan. Produksi yang melimpah dan harga melimpah membuat kian menarik minat peneliti untuk dikembangkan. Inovasi produk terbuat dari singkong dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat. Berikut 4 inovasi produk terbuat dari singkong yang dapat menjadi informasi kita dalam menambah pengetahuan.
1. TEPUNG MOCAF, UBAH SINGKONG UNTUK PENGGANTI TERIGU
Tepung mocaf adalah tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi, sehingga dihasilkan tepung singkong dengan karakteristik mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti terigu atau campuran terigu 30 % – 100 % dan dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu 20-30%. Dibandingkan dengan tepung singkong biasa atau tepung gaplek, tepung mocaf memiliki performansi yang lebih baik yaitu lebih putih, lembut dan tidak bau apek.
Kunci rahasia pembuatan tepung mocaf adalah terletak pada proses fermentasi yang menyebabkan tepung mocaf memiliki tekstur yang berbeda dengan tepung singkong biasa. Perbedaan tepung mocaf dengan tepung singkong dan tepung gaplek adalah pada proses pengolahaannya.Tepung singkong atau tepung cassava dibuat dari singkong yang dikupas dipotong-potong menjadi sawut langsung dikeringkan, kemudian ditepungkan. Sedangkan pada tepung gaplek dibuat dari singkong yang dibuat gaplek terlebih dahulu, baru kemudian ditepungkan. Sedangkang tepung mocaf setelah singkong dipotong-potong menjadi sawut kemudian di fermentasi dahulu, dicuci, dikeringkan kemudian digiling.
Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen penimbul warna, seperti pigmen (khususnya pada ketela kuning), dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna Mocaf yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa dan juga berbau netral (tidak berbau apek khas singkong). Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung dari terigu. Sehingga produk Mocaf sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri makanan.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa Mocaf dapat digunakan sebagai bahan baku, baik substitusi maupun seluruhnya, dari berbagai jenis produk bakery seperti kue kering (cookies, nastar, dan kaastengel dll), kue basah (cake, kue lapis, brownies, spongy), dan roti tawar. Selain itu tepung Mocaf juga dapat digunakan dalam pembuatan bihun, dan campuran produk lain berbahan baku gandum atau tepung beras. Hasil produk berbahan mocaf ini tidak jauh berbeda dengan produk yang menggunakan bahan tepung terigu maupun tepung beras.
2. Beras Siger, Olahan Beras dari Singkong
Semakin bertambahnya jumlah pendududuk Indonesia menyebabkan semakin banyaknya jumlah beras yang dibutuhkan. Tidak salah apabila Indonesia dikatakan sebagai salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia.
Langkah preventif harus dilakukan pemerintah. Mengganti makanan pokok bisa menjadi solusi jitu. Makanan pokok tidak hanya beras. Makanan pokok dari singkong layak dipertimbangkan untuk menggantikan beras. Selain bahan baku yang masih banyak dan mudah didapat, dari sisi kesehatan makanan pokok dari singkong dinilai lebih sehat karena kadar gulanya yang rendah.
Pembuatan makanan pokok dari singkong sudah banyak dilakukan hanya saja dari segi inovasi terdapat beberapa perbedaan. Dosen Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung Beni Hidayat berhasil menciptakan makanan pokok dari singkong. Makanan pokok dari singkong ini dinamakan Beras Siger. Bentuk beras Siger mirip seperti beras pada umumnya. Inovasi produk terbuat dari singkong yang sangat inovatif.
Proses pembuatannya mirip dengan pembuatan nasi tiwul. Singkong pertama-tama dikelupas kulitnya lalu lalu dipotong pipih. Selanjutnya irisan singkong tersebut direndam dengan air garam. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah timbulnya warna cokelat kehitaman. Setelah itu irisan tipis singkong tersebut dijemur hingga kering. Setelah kering singkong digiling sampai halus kemudian ditambahkan air. Pembutiran hasil gilingan singkong dilakukan dengan menyaring singkong yang sudah halus dengan cara memutar-mutar menggunakan tampah bambu.
3. Eco-plastik, Solusi Masalah Plastik dari Anak Bali
Inspirasinya itu terjadi setelah Kevin pulang ke Indonesia usai menjalani pendidikannya di Amerika Serikat pada 2009 lalu. Dia terkejut melihat perubahan yang terjadi pada pantai-pantai di Bali, yang sebelumnya terkenal dengan keindahannya malah penuh dengan sampah.
Kondisi pantai-pantai di Bali yang penuh dengan sampah membuat Kevin mencoba berinovasi, bersama rekan-rekannya dia mulai mencari bahan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi ini sebenarnya sudah muncul lebih dulu di Eropa, hanya saja dia mencari bahan yang berbeda dan lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat.
“Saya bersama rekan-rekan tim R&D saya, delapan orang meriset selama tiga tahun dari 2010 untuk dapat meretur engineer berdasarkan sesuatu. Bioplastik memakai komoditas nabati yang satu sifatnya banyak terdapat di Indonesia dan dua harganya terjangkau. Karena bicara replace plastik, yang harga murah tentunya harus masuk juga sebagai bagian dari segi harga kompetitif,” ungkapnya.
Demi menemukan bahan yang pas dan murah, Kevin dan rekannya telah mencoba berbagai bahan mulai dari jagung, kedelai hingga singkong. Setelah dipilah-pilah, pilihan mereka jatuh terhadap singkong karena produksinya jauh lebih banyak dan murah. Inovasi produk terbuat dari singkong yang sangat inovatif.
Di Indonesia sendiri sudah ada kebijakan untuk menggunakan plastik yang degradable atau hancur dengan sendirinya dalam dua tahun. Namun sayang, hal itu justru menyimpan bahaya yang tidak disadari, di mana sampah yang hancur hingga dua milimeter sekalipun bisa membunuh makhluk hidup, termasuk manusia.
“Mereka akan jadi pecahan sebesar 2 mm, 5 mm. Masuk ke tenggorokan, yang dimakan ikan, dan juga dimakan livestock kita, seperti sapi dan ayam. Kalau lihat plastik utuh pasti tidak akan tertarik, sedang plastik pecah lebih ribet lagi, karena hewan enggak akan tahu itu plastik, ujungnya seringkali ikan tiba-tiba terdampar di pesisir pantai karena makan kepingan plastik.”
Untuk mengungkap plastiknya benar-benar aman, Kevin pernah meminumnya sendiri yang larut di dalam air atau hancur 90 hari di dalam tanah dan menjadi kompos bagi tanaman. Sesuatu yang tidak akan terjadi pada plastik degradable.
“Ini juga aman dikonsumsi oleh hewan dan biota laut maka dari itu saya beranikan minum ini. Saya ingin katakan, ‘hei manusia aja bisa minum aman.” [tyo]
4. Gula Cair dari Kulit Singkong, Semanis Gula dari Tebu
Sebanyak empat mahasiswa Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor memelopori inovasi pembuatan gula cair dari bahan baku kulit singkong. Keempat mahasiswa tersebut berasal dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.
“Gula cair dari kulit singkong mengandung energi lebih rendah yakni kurang dari sepertiga dari energi yang terdapat dalam gula pasir,” kata Farauq Arrahman
inovasi gula cair berbahan kulit singkong dikerjakan bersama tiga teman lainnya yakni, Galih Nugraha, Putri Vionita, dan Abdul Aziz. Dikatakannya, ide awal inovasi tersebut berasal dari Abdul Aziz saat dimulainya Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) IPB yang mengusulkan sejumlah ide untuk membuat sebuah inovasi.
“Berangkat dari konsep zero waste kami melihat produksi singkong Indonesia cukup besar, salah satunya di Ciluar, Bogor juga terdapat sentra pengolahan singkong untuk tepung tapioka,” katanya.
Ia mengatakan, proses pembuatan gula cair dari kulit singkong juga cukup praktis. Kulit singkong yang sudah direndam selama tiga hari di-blender dengan campuran air lalu diambil patinya. Bubur kulit singkong yang sudah menjadi pati dimasukkan sejumlah enzim alfa-emilase. Inovasi produk terbuat dari singkong yang sangat inovatif.
Selanjutnya tahap sakarifikasi dengan cara pati yang telah terpecah menjadi dekstrin didinginkan dari suhu 105 derajat Celcius menjadi 60 derajat Celcius, kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase.
Setelah melalui proses sakarifikasi kemudian masuk ke dalam proses pemucatan dengan arang aktif. Tahap selanjutnya, dilakukan penyaringan dan proses penguapan (evaporasi) untuk memekatkan hasil gula cair dari 30-35 brix sampai 43-80 brix. “Gula cair kulit singkong ini mengandung energi 106 kilo kalori per 100 gramnnya, sedangkan gula pasir mengandung 364 kkal per 100 gram,” kata Faraoq.
Lebih lanjut Putri Vionita menjelaskan, bila dibandingkan dengan produk gula lainnnya kandungan kalori gula cair kulit singkong lebih rendah dari gula lainnya, seperti gula aren mengadung 368 kkal/100 gram, gula kelapa 386 kkal/100 gram, dan bahan pemanis lainnya seperti madu mengandung 294 kkal/100 g.
“Dari hasil uji komposisi gula mengandung HPLC, komposisi gula cair kulit singkong mengandung fruktosa sebesar 4677.21 mg/1000g, glukosa 24.62 mg/1000 g, maltosa 0.11 mg/1000g,” katanya.
Galih Nugraha menekankan, gula cair kulit singkong menggunakan hidrolisis enzimatis dengan bantuan enzim alfa-amilasi dan enzim amiloglukosidae merupakan gula cair fruktosa yang rendah kalori yakni sebesar 106 kkal/100 g. “Sehingga gula cair ini dapat digunakan untuk penderita diabetes yang menginginkan minuman manis,” katanya. Inovasi produk terbuat dari singkong yang sangat inovatif.