
Asap Cair
Pemanfaatan limbah pertanian untuk menjadi produk pengawet tentunya menjadi salah satu alternatif yang sangat baik bagi industi pertanian. Selain mengurangi limbah yang akan dibuang dan tidak terpakai, hal ini dapat menjadi salah satu keunggulan pada bidang pertanian.
Limbah hasil pertanian memiliki potensi yang besar, salah satunya adalah pemanfaatan bahan berlignoselusosa untuk pembuatan asap cair. Asap cair merupakan hasil kondensasi atau pengembunan dari hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa atau karbon lainnya. Prinsip pembentukan asap cair sangat sederhana. Bahan berkayu di bakar (untuk mendapatkan asapnya) kemudian, asap di kondensasikan sehingga menjadi cair. Alat direkayasa sedemikian rupa agar dapat mencapai suhu maksimum 400°C. Sisa pirolisis berupa arang tempurung dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif.
Teknik pengasapan cair merupakan teknik yang sudah lama dikenal yang dikembangkan kembali sebagai alternatif pengawetan ikan. Asap cair memiliki kemampuan sebagai bahan pengawet karena adanya asam, fenol dan alkohol yang sama dengan asap pembakaran kayu. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu penelitian Darmadji pada tahun 2002 bahwa asap cair mengandung fenol dan karbonil yang berperan sebagai pengawet, anti bakteri dan antioksidan. Asap cair dihasilkan dari pirolisis tempurung kelapa misalnya memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi karena kandungan asam dan senyawa-senyawa fenol.
Proses Pembuatan Asap Cair

Destilasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat daripada komponen yang lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatil, sehingga proses pemisahan komponen-komponen dari campuran dapat terjadi. Dalam pembuatan asap cair, distilasi bertujuan untuk memisahkan tar yang bersifat karsinogenik. Suhu yang dibutuhkan pada destilasi tidak setinggi pada pirolisis. Suhu sekitar 150oC – 200oC sudah cukup untuk menghasilkan asap cair yang bagus. Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah campuran dimasukkan ke dalam sebuah reaktor destilasi, dipanaskan bertahap dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk dikondensasikan dan ditampung dalam dergen plastik. Produk destilat yang pertama kali tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain. Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional dari asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil dan asam.
Asap cair yang diproduksi dari pabrik terdapat tiga jenis, yaitu grade 1, grade 2, dan grade 3. Asap cair grade 1 digunakan untuk pengawet makanan siap saji seperti mie, bakso, tahu dan lain-lain. Asap cair grade 2 dapat dipakai sebagai bahan pengawet ikan basah. Sedangkan, asap cair grade 3 bisa dipakai untuk penggumpal lateks. Asap cair yang diperoleh dari tahap pirolisis atau grade 3 masih mengandung tinggi tar dan benzonpiren sehingga tidak aman diaplikasikan untuk pengasapan dan pengawet makanan, sehingga diperlukan proses lebih lanjut untuk meningkatkan mutu asap cair dari grade 3 menjadi grade 2 dan 1 yang aman diaplikasikan untuk makanan dengan tahap permunian destilasi, kemudian penyaringan dengan karbon aktif dan zeolit.
Tahapan-tahapan penyaringan sebagai berikut:
1. Proses Pemurnian asap cair
Pemurnian asap cair bertujuan untuk meminimalisir jumlah tar pada asap cair. Proses tersebut dapat dilakukan dengan proses distilasi seperti yang telah dijelaskan diatas. Namun asap cair yang baru keluar dari distilasi masih belum langsung dapat digunakan sebagai pengawet makanan.
2. Filtrasi dengan Zeolit Aktif
Filtrasi distilat dengan zeolit akitif bertujuan untuk mendapatkan asap cair yang benar-benar bebas dari zat berbahaya seperti benzopyrene. Caranya dengan mengalirkan asap cair distilat kedalam kolom zeolit aktif sehingga diperoleh filtrat asap cair yang benar-benar aman dari zat berbahaya seperti benzopyrene.
3. Filtrasi dengan Karbon aktif
Filtrasi dengan Karbon aktif bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Caranya dengan mengalirkan filtrat hasil filtrasi zeolit aktif kedalam kolom yang berisi karbon aktif sehingga diperoleh asap cair dengan bau yang ringan dan tidak menyengat. sehingga, sempurnalah asap cair yang diperoleh sebagai pengawet makanan.

Mekanisme Asap Cair Dalam Mengawetkan Makanan
Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk menghambat autooksidasi lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen. Dan kandungan asam pada asap cair juga sangat efektif dalam mematikan dan menghambat pertumbuhan mikroba pada produk makanan yaitu dengan cara senyawa asam ini menembus dinding sel mikroorganisme yang menyebabkan sel mikroorganisme menjadi lisis kemudian mati, dengan menurunnya jumlah bakteri dalam produk makanan maka kerusakan pangan oleh mikroorganisme dapat dihambat sehingga meningkatkan umur simpan produk pangan.
Peluang Asap Cair
Keuntungan penggunaan asap cair pada pengasapan ikan adalah aroma dari produk yang dihasilkan seragam, dapat menghemat pemakaian kayu sebagai sumber asap, dapat digunakan pada berbagai jenis bahan pangan, dapat mengurangi komponen yang berbahaya (Benzopyrene) karena asap cair yang digunakan telah melalui tahapan pemurnian sehingga kandungan Benzopyrenenya sangat rendah. Selain itu asap cair lebih intensif dalam pemberian citarasa, kontrol hilangnya citarasa lebih mudah, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan, lebih hemat dalam pemakaian kayu sebagai bahan asap, polusi lingkungan dapat diperkecil dan dapat diaplikasikan ke dalam bahan dengan berbagai cara seperti penyemprotan, pencelupan, atau dicampur langsung ke dalam makanan.
Selain itu keuntungan lain yang diperoleh dari asap cair, adalah penggunaan asap cair yang diproses dengan baik dapat mengeliminasi komponen asap berbahaya yang berupa hidrokarbon polisiklis aromatis. Komponen ini tidak diharapkan karena beberapa di antaranya terbukti bersifat karsinogen pada dosis tinggi. Melalui pembakaran terkontrol, aging, dan teknik pengolahan yang semakin baik, tar dan fraksi minyak berat dapat dipisahkan sehingga produk asapan yang dihasilkan mendekati bebas Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH).
Sebagai bahan pengawet, asap cair memiliki banyak kelebihan, diantaranya:
1. kandungan fenol, karbonil dan asam.
Kandungan Fenol dalam asap cair berperan sebagai antioksidan sehingga mencegah kerusakan yang dtimbulkan oleh proses oksidasi. Asam dalam asap cair akan mempengaruhi cita rasa, pH dan umur simpan produk yang diawetkan dengan asap cair. Sedangkan karbonil pada asap cair yang bereaksi dengan protein pada produk berpengaruh terhadap warna dari produk yang diawetkan dengan asap cair, sehingga akan menghasilkan penyeragaman warna dan rasa.
2. Pemurnian asap cair bertujuan untuk meminimalisir jumlah tar pada asap cair. Pemurnian tersebut dapat dilakukan dengan proses destilasi. Destilasi merupakan proses pemisahan suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat dari pada komponen yang lainnya. Pada proses destilasi asap cair, yang digunakan sebagai pengawet adalah destilatnya, yaitu bagian dari asap cair mentah yang mengalami penguapan.
Dari ulasan ini, diharapkan agar adanya program yang tepat dan jelas bagi pengembangan produk pertanian organik kearah pengawetan dan alternatif sehingga nilai ekonomis bahan hasil pertanian dapat ditingkatkan.