Akhir-akhir ini banyak sekali kita dengar berita yang membahas mengenai pentingnya menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan kantung plastik. Tentu saja hal ini perlu kita lakukan mengetahui bagaimana merugikannya limbah plastik terhadap keberlangsungan hidup, baik manusia, hewan maupun lingkungan sekitar. Plastik merupakan salah satu bahan yang sangat sulit diurai. Apabila tidak dilakukan penanganan serius maka akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup.
Apa Itu Plastik?
Polusi plastik adalah akumulasi dari produk plastik yang ada di lingkungan yang berdampak buruk terhadap satwa liar, habitat satwa liar, dan manusia. Plastik yang berperan sebagai polutan dikategorikan ke dalam mikro, meso, atau puing-puing makro, berdasarkan ukurannya. Plastik berharga murah, tahan lama, dan hasilnya tingkat produksi plastik oleh manusia menjadi tinggi. Namun, umumnya struktur kimia dari plastik membuat mereka tahan terhadap banyak proses alami degradasi dan akibatnya mereka lambat juga untuk didegradasi. Bersama-sama, kedua faktor inilah yang menyebabkan tingginya tingkat pencemaran plastik di lingkungan.
Polusi plastik dapat mengenai tanah, saluran air dan lautan. Organisme yang hidup, terutama hewan laut, dapat dirugikan baik oleh efek mekanis, seperti terjerat di dalam objek plastik atau masalah yang terkait dengan menelan limbah plastik, atau melalui paparan terhadap bahan kimia di dalam plastik yang mengganggu fisiologi mereka. Manusia pun juga dipengaruhi oleh polusi plastik, seperti melalui gangguan dari berbagai mekanisme hormonal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut.
Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan. Dampak untuk Indonesia, tentu saja polusi akan semakin meningkat. Kualitas lingkungan hidup sudah tentu akan terancam.
Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah salah satu pusat dari ekosistem laut dunia. Perairan Indonesia merupakan rumah dari 76% spesies karang, hutan bakau, dan padang lamun. Berbagai spesies perikanan, tentu akan terganggu dengan adanya sampah plastik.
Bahaya Limbah Plastik
Efek Pada Lingkungan
Distribusi puing-puing plastik itu sendiri sangat bervariasi sebagai akibat dari faktor-faktor tertentu seperti angin dan arus laut, garis pantai secara geografi, daerah perkotaan, dan juga rute perdagangan. Populasi manusia di daerah-daerah tertentu juga memainkan peran yang cukup besar dalam hal ini. Plastik lebih mungkin ditemukan di daerah yang tertutup seperti di Karibia. Hal ini berfungsi sebagai sarana distribusi organisme ke pantai terpencil yang bukanlah lingkungan asli mereka. Hal ini tentu saja berpotensi meningkatkan keragaman dan penyebaran organisme di daerah tertentu yang kurang beragam secara biologi. Plastik juga dapat menjadi vektor untuk kontaminan kimia seperti polutan organik yang persisten dan juga logam berat.
Efek Pada Hewan
Polusi plastik memiliki potensi untuk meracuni hewan, yang kemudian dapat mempengaruhi pasokan makanan untuk manusia. Polusi plastik telah digambarkan sangat merugikan khususnya untuk mamalia laut besar, dijelaskan dalam buku Pengantar Biologi Kelautan sebagai ancaman terbesar terhadap mereka. Beberapa spesies laut, seperti penyu laut, telah ditemukan mengandung proporsi plastik yang cukup besar di perut mereka. Ketika hal ini terjadi, hewan biasanya akan kelaparan, karena saluran pencernaan mereka tersumbat. Mamalia laut juga terkadang dapat terperangkap dalam produk plastik seperti jaring, yang tentu saja dapat membahayakan ataupun membunuh mereka.
Efek pada manusia
Karena penggunaan zat aditif kimia selama proses produksi plastik, plastik pastinya memiliki efek berbahaya yang dapat terbukti dengan menjadi karsinogenik atau mempromosikan gangguan endokrin. Melalui biomonitoring, bahan kimia yang ada di dalam plastik, seperti BPA dan ftalat, telah diidentifikasi dalam populasi manusia. Manusia dapat terpapar bahan kimia ini melalui hidung, mulut, ataupun kulit. Meskipun tingkat paparannya bervariasi tergantung pada usia dan geografi, sebagian besar manusia telah mengalami paparan simultan terhadap bahan-bahan kimia ini.
Banyak yang tidak mengetahui seberapa parah manusia secara fisik dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia ini. Beberapa bahan-bahan kimia yang digunakan dalam produksi plastik dapat menyebabkan dermatitis saat kontak dengan kulit manusia. Dalam kebanyakan plastik, bahan kimia beracun ini hanya digunakan dalam jumlah yang sedikit, tetapi pengujian signifikan diperlukan untuk memastikan bahwa unsur-unsur beracun yang terkandung dalam plastik dengan bahan inert atau polimer.
Hal ini juga dapat mempengaruhi manusia di mana ia dapat merusak pemandangan yang mengganggu keindahan lingkungan alam itu sendiri.
Dampak Terhadap Perekonomian
Selain dampak lingkungan, sampah plastik juga berisiko menekan kegiatan perekonomian Indonesia. Sebab, berdasarkan buku saku Kementerian Pariwisata, sektor pariwisata RI menyumbang 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014.
Adanya polusi perairan tentu saja akan berdampak pada penurunan kinerja pariwisata RI. Apalagi dunia internasional menilai daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah di wilayah pesisir. Hal itu dibuktikan dari jumlah wisatawan asing yang mendarat di Bali mencapai 2,29 juta sepanjang Januari-Mei 2019 atau 62% dari total wisatawan yang datang melalui pintu udara.
Kala potensi pariwisata tidak bisa digarap akibat hambatan faktor polusi, laju pertumbuhan ekonomi semakin sulit untuk diangkat dari kisaran 5% seperti sekarang ini.
Upaya pengurangan Limbah Plastik
Barang-barang rumah tangga yang terbuat dari berbagai jenis plastik.
Upaya untuk mengurangi penggunaan plastik dan untuk mempromosikan daur ulang plastik telah terlaksana. Beberapa supermarket menagih lebih untuk kantong plastik para pelanggan, dan di beberapa tempat bahan yang dapat digunakan kembali atau biodegradable digunakan untuk menggantikan plastik. Beberapa komunitas dan bisnis telah melarang beberapa barang plastik yang umum digunakan, seperti air minum kemasan dan kantong plastik.